Diogenes dari Sinope

Diogenes

Diogenes dari Sinope berpendapat, seperti Sokrates, bahwa manusia haruslah memiliki keutamaan tentang yang baik. Akan tetapi, Diogenes berpendapat bahwa keutamaan tentang yang baik adalah ketika manusia memiliki rasa puas diri dan mengabaikan segala kesenangan duniawi.

Diogenes dari Sinope dikenal dengan sebutan "si anjing". Hal itu dikarenakan ia sangat berani dalam menyatakan pandangannya layaknya seekor anjing yang menyalak. Karena sikapnya yang menyimpang dari gaya santun Sokrates itu, Plato memberinya julukan sebagai "Sokrates yang Pemarah".

Diogenes memilih untuk hidup sederhana untuk menunjukkan konsistensinya dengan apa yang diajarkannya. Untuk itu, ia tinggal di dalam sebuah tong. Selain itu, ia mencari makan dari sisa-sisa makanan yang ia temukan.

Menurut tradisi, Diogenes dari Sinope pernah dikunjungi oleh Alexander Agung. Ketika itu Diogenes sedang berjemur, Alexander Agung bertanya kepadanya, "Apa sebenarnya yang engkau kehendaki?" Kemudian Diogenes menjawab, "Pergilah, jangan menghalangi cahaya matahari menyinariku!"

Hal itu menunjukkan betapa Diogenes sangat konsisten terhadap pandangan hidupnya tentang kesederhanaan dan penolakan terhadap segala bentuk kuasa dan kesenangan.

Menurut Diogenes, situasi masyarakat pada masanya telah rusak. Dengan segala adat istiadat dan kebudayaan yang dihasilkannya, manusia tidak lagi menjadi alamiah dan jatuh pada sikap mencari enaknya sendiri. Untuk mengkritik situasi tersebut, Diogenes mengabaikan segala adat istiadat yang berlaku di dalam masyarakatnya